PALEMBANG, XMEDIA.NEWS – Sebuah forum diskusi terbuka yang rutin digelar setiap Kamis sore, Kamisan Begesah, Kamis 17 April 2025 kemarin perdana dilaksanakan.
Bertempat di Rumah Budaya Kopinian, Jalan Pelita No. 1511, Sekip Ujung, Kemuning, Palembang, forum yang menghadirkan perbincangan hangat seputar isu-isu sosial dan hukum yang berkembang di masyarakat ini mengusung tema “CERDAS ber-MEDIA SOSIAL” dengan sorotan khusus pada fenomena yang viral bertajuk #tragedirendanghilang.
Acara ini sendiri digagas oleh komunitas Kopinian bekerja sama dengan BUNG BAJA SRIWIJAYA, dan dipandu oleh Mas Soer, host dari Podcast Ngopi Sumsel yang dikenal dengan gaya moderasi santainya namun tetap kritis. Diskusi berlangsung dari pukul 14.00 hingga 17.00 WIB dan dihadiri oleh berbagai elemen masyarakat, pegiat media sosial, aktivis, mahasiswa, hingga praktisi hukum.
Sorotan terhadap Etika dan Literasi Digital
Diskusi ini menghadirkan sejumlah narasumber kompeten yang dikenal aktif dalam isu-isu hukum dan sosial media, di antaranya:
Advokat Suwito Winoto, Ketua DPD FERARI Sumsel
Advokat Idasril Tanjung, Ketua Umum BUNG BAJA SRIWIJAYA
Advokat Tabrani, Kuasa Hukum Pelapor dalam kasus viral “Rendang Willie Salim”
Charma Afrianto, Ketua Umum DPP GENCAR
Dalam pemaparannya, Advokat Suwito Winoto menyebutkan Forum Kamisan Begesah ini diharapkan dapat menambah pengetahuan yang luas. Dimana, melalui kegiatan ini bisa dicurahkan masalah yang ada di kota palembang, apapun bentuknya, baik itu dari masyarakat yang membutuhkan bantuan hukum, para politisi, advokat ataupun masalah-masalah sosial yang terjadi di masyarakat secara nasional.
Selain itu ia juga menegaskan bahwa kebebasan berekspresi di media sosial memang dijamin oleh undang-undang, tetapi tetap ada batasan yang harus diperhatikan, terutama ketika sudah menyentuh unsur fitnah, pencemaran nama baik, atau penyesatan informasi.
“Literasi digital tidak hanya soal kemampuan menggunakan media sosial, tetapi juga bagaimana bersikap bijak dan bertanggung jawab atas konten yang kita sebar,” ujarnya.
Sementara itu, Advokat Idasril Tanjung mengingatkan bahwa masyarakat tidak boleh terjebak pada euforia viral semata.
Ia menekankan perlunya regulasi dan edukasi tentang bagaimana konten digital harus diciptakan dan dikonsumsi, serta bagaimana kritik dan hiburan tetap bisa dilakukan tanpa merugikan pihak lain secara hukum.
Kasus “Tragedi Rendang Hilang” sebagai Studi Kasus
Pusat perhatian dalam diskusi ini adalah kasus selebgram Willie Salim, yang dilaporkan karena kontennya terkait dengan “Rendang Hilang” yang diduga telah mencemarkan nama baik usaha kuliner lokal.
Advokat Tabrani, kuasa hukum pelapor dalam kasus ini, menjelaskan duduk perkara dari sudut pandang hukum. Menurutnya, tindakan Willie dianggap telah merugikan reputasi kliennya secara materil dan imateril, serta memicu efek domino berupa kerugian usaha karena viralnya video tersebut.
“Media sosial bukan lagi sekadar ruang pribadi; ia adalah ruang publik yang dampaknya sangat nyata. Jika ada dugaan kerugian yang bisa dibuktikan, maka proses hukum adalah jalur yang sah,” jelas Tabrani.
Ketum Gencar Charma Afrianto, selaku aktivis sosial yang juga menjadi pemantik gesah, menggarisbawahi pentingnya edukasi publik secara masif. Ia mengajak komunitas dan pemerintah untuk bersinergi dalam kampanye literasi digital, agar kasus seperti ini tidak terulang.
“Anak muda perlu diarahkan untuk produktif dan inspiratif dalam berkonten. Kita tidak melarang ekspresi, tapi harus ada rambu-rambu,” kata Charma.
Dukungan untuk Ruang Diskusi Sehat
Forum Kamisan Begesah ini diapresiasi oleh para peserta sebagai ruang dialog yang sehat dan terbuka. Dengan atmosfer yang informal namun serius, peserta diberi kesempatan untuk menyampaikan pandangan dan pertanyaan secara langsung kepada para narasumber.
Mas Soer, selaku moderator, menyampaikan bahwa Kamisan Begesah akan terus menjadi ruang alternatif untuk mempertemukan berbagai perspektif di tengah maraknya disinformasi dan ketegangan sosial akibat konten digital.
“Begesah itu bukan cuma ngomong, tapi membuka mata, telinga, dan hati kita terhadap hal-hal penting yang terjadi di sekitar,” tutupnya. (dav)